Aku merasa kehilangan. Kehilangan sosokmu. Kehilangan
angan-angan. Kehilangan harapan. Kehilangan kebahagiaan. Rasanya semua telah
hancur. Aku yang membuat kehancuran namun kau penyebabnya.
Aku menunggu, menanti kau kembali. Namun kenyataannya
kau tak akan pernah sudi untuk kembali. Kau benar-benar bintang yang tinggi,
yang bercahaya, dan yang tak akan pernah bisa ku gapai.
Aku hanya lah rumah, aku benar-benar rumah. Aku rumah
tak berpenghuni. Rumah yang selalu menanti. Kenyataannya yang dinanti tak akan
pernah kembali.
Ia terlalu senang, terbuai oleh langit yang tinggi. Berteman
dengan awan yang lembut. Bermain bersama desiran angin.
Ia tak pernah tahu bahwa ada kala angin tak
bersahabat. Ada kala langit terlihat gelap kepekatan. Ada kala awan negatif saling
mendekat dan hasilkan guntur.
Kelak ia akan rasakan kesepian. Kelak ia akan
rasakan bosan. Kelak ia akan kedinginan. Kau yakin tak butuh rumah? Ahh… jika
pun nanti kau kembali ke rumah, mungkin rumah tak akan ada lagi. Bangunannya telah
rubuh seiring hari yang berjalan silih berganti.
Aku menyerah. Kau tak perlu tahu rasaku, ini hanya seuntai rasa yang tak bermakna. segenggam rasaku tak bernyawa. hanya serpihan rasa yang tak terungkap, apalagi terucap.
Aku menyerah. Kau tak perlu tahu rasaku, ini hanya seuntai rasa yang tak bermakna. segenggam rasaku tak bernyawa. hanya serpihan rasa yang tak terungkap, apalagi terucap.
Dari aku si perusak kata
Kala bosan dengan harapan
Selasa, 16 Februari 2016
0 komentar:
Posting Komentar