Teruntuk siapapun yang mau membaca, inginku ceritakan
sebuah kisah. Alkisah seorang gadis bodoh di sebuah dunia yang fana. Angannya
tinggi, tingkah lakunya tak ubah selain duduk terpaku menunggu datangnya
seorang pangeran.
Kemudian, kau tahu? Tentu tidak, karena aku belum
bercerita lagi. Tawa gadis itu selalu lepas, tapi laranya dia biarkan mendekam
di dalam hati. Tak ada yang peduli pada hadirnya ia, keluguannya membuat
orang-orang segan untuk duduk lebih lama bersamanya.
Menunggu dalam kehampaan, gadis itu ditemani oleh
segala kenistaan. Ada saat dimana hatinya gelisah, namun ia pasrah, apa
daya-nya jika sukma itu tak kunjung ingin beranjak.Potret senyum pangeran yang
ia nanti kembali datang menghampiri. Andai sang pangeran sadar bahwa gadis itu
telah dibuatnya gelisah dalam harap yang menguap.
Ia menatap bunga pagi ini kuncup, kemudian esok
lagi, hingga sepekan dan menjadi layu. Ia menatap ke atas, melihat senja
dibalut oleh si jingga kemudian berganti malam dengan sang rembulan. Semuanya
tentu berubah namun tidak pada rasanya, ia masih menunggu datangnya seorang pangeran,
tidakkah ia tahu bahwa apa yang ia tunggu itu semu?
Gadis itu bingung mengapa semuanya berubah kecuali
perasaannya? Atau ia percaya bahwa semuanya kelak akan berubah, begitu pula dengan
penantiannya? Entahlah, aku tak pernah tahu isi kepala gadis itu, walau gadis itu
adalah aku.
Aku si Perusak Kata
Kala senja di balut jingga
Selasa, 02 Februari 2016
05:39 PM
1 komentar:
Bagus tulisannya
Posting Komentar