Diberdayakan oleh Blogger.
Free Hello Kitty ani Cursors at www.totallyfreecursors.com

Senin, 14 September 2015

Kisah Tragis Panglima Faishal (Canbera)

Terengtengteng...

Oii...oii...oii... #brbwotagei

Kemarin OwopIsland ngadain agenda yang petjah bingo~ bersama ibu moderator alias bumod saya sendiri. Dan ini seruuu bangeeet~ kocaknya tidak tertandingin! Nama agenda ini adalah  Canbera alias Cerita Aneh Berantai, sistem permainannya dimulai dari absen lalu paragraf pertama ditentukan oleh admin dan selanjutnya para peserta menyambung paragraf secara berurutan dengan waktu yang ditentukan (5 menit).

To the point aja langsung ini dia cerita persembahan dari OwopIsland edisi Canbera (dengan beberapa perubahan EYD dari saya sendiri).

Cekidooot!

Hari semakin petang, derikan jangrik  mengiringi kepergian senja. Kali ini senja di Dukuh OWOPIsland terasa memekikan. Semenjak kepergian Nyi Roro Misa dukuh ini menjadi sepi. Entah siapa yang membawa pergi Nyi Roro Misa, semua masih misteri.

Raden Suhail, kepala dukuh terhormat warga kampung Dukuh OWOPIsland mengumumkan operasi pencarian Nyi Roro Misa. Demi menyukseskan rencana, ia mengumumkan sayembara kepada warganya. Isinya, barangsiapa yang bisa membawa pulang Nyi Roro Misa kembali hidup-hidup, dia akan mendapat imbalan satu unit Gojek beserta supirnya yang masih bujang.

Warga kampung Dukuh OWOPIsland tampak begitu semangat dengan adanya hadiah dari sayembara, hal ini terlihat dari mereka yang sibuk membuat tumpengan walaupun tidak ada keterkaitan diantara keduanya. Prajurit Uways salah satu orang yang sangat bersemangat untuk membuat tumpeng, bukan menyelamatkan Nyi Roro Misa.

Sementara beberapa warga sibuk menyiapkan tumpeng, Panglima Faishal segera menyiapkan pasukan untuk menyusuri OWOPIsland. Imbalan Gojek tak jadi motivasi utamanya. Tetapi nama Misa yang menjadi pelatuknya ke masa di mana mereka masih rajin bermain bersama di pinggir sungai OWOPIsland. Ia membagi pasukannya menjadi beberapa regu. Sembari duduk di atas kudanya, Panglima Faishal berdoa agar segera bertemu Nyi Roro Misa. Teman bermain yang telah lama terpisah.

Nyatanya Panglima Faishal lupa hari ini harus ambil order di Thamrin City. Target Gojek yang semestinya 10 orang terlewati. Apa kira-kira yang akan Panglima lakukan? Segera bertemu Nyi Roro Misa teman masa kecilnya dan terjebak nostalgia atau mengumpulkan uang dari menjadi driver Gojek demi sebutir nasi dan sebongkah berlian?

Panglima Faishal memutuskan pergi menemui Mbok Kenti. Orang pintar sedukuh OWOPIsland untuk meminta wangsit.

"Tok. Tok.Tok." Panglima Faishal mengetuk pintu rumah Mbok Kenti. Dari dalam Mbok Kenti sudah mengetahui akan ada tamu laki-laki yang akan kerumahnya.

"Mlebu o cah bagus." Sahutnya dari dalam rumah.

Panglima Faishal melangkah menuju Mbok Kenti dengan muka getir karena khawatir terjadi  yang tidak-tidak kepada Nyi Roro Misa.

"Ono opo to cah bagus?" Tanya Mbok Kenti.

"Punten mbok. Nyi Roro Misa hilang dibawa orang misterius semenjak kemarin."

"Ela ela perawan ayu dukuh OWOPIsland. Koe ono ngendi cak ayu. Tenang le, mbok akan melacaknya..."

Mbok Kenti lalu memandang langit. Bukan. Bukan sedang berbicara dengan penghuni langit. Tapi, ia tahu bahwa hujan akan segera datang. Mau tak mau ia beranjak ke kebun segera. Mbok Kenti lalu mengambil daun pace.

"Oalah Nduk Misa. Jane kowe nang ndi to nduuk nduk," gumam Mbok Kenti.

Mbok Kenti lantas mengambil boneka
dan menempelkan daun pace yang sudah dia bersihkan dan ia tumbuk.

Lalu menyemprotkannya ke wajah boneka itu, meraba-raba sambil mengucap mantra-mantra, dan pada akhirnya dia menemukan petunjuk melalui boneka tersebut, seperti ada bisikan-bisikan keberadaan Nyi Roro Misa. Boneka itu membisikan "carilah di google map!" itu lah ilham yg Mbok Kenti dapatkan, akhirnya Mbok Kenti membuka stupidphone-nya dan mulai mencari keberadaan Nyi Roro Misa, akhirnya setelah 15 menit Mbok Kenti mencari-cari Nyi Roro Misa, Mbok Kenti menemukan Nyi Roro Misa di Tanah Abang yang sedang belanja-belanja ria.

Duar!

Tiba-tiba di luar rumah sesuatu berbunyi. Sekonyong-konyong Mbok Kenti dan Panglima Faishal terkaget-kaget, beserta kekagetannya akan keberadaan Nyi Roro Mitsa yang sebenernya.

"Aduh Gusti.. aya naon iyeu teh nya?" Tanya Mbok Kenti beralih bahasa, membuyarkan lamunan Panglima Faishal akan Nyi Roro Mitsa.

"Teu teurang da abdi mah, Mbok.. puguh Mbok nu dukun, kunaon naros ka abdi?" Panglima Faishal kebingungan seraya menuju jendela.

Alih-alih mendapat jawaban akan suara "duar" tadi, wajah Nyi Roro Misa-lah yang terukir di langit yang setengah mendung. Ya, wajah Nyi Roro Misa dengan berbagai merk pada paperbag dan kantong kreseknya.

"Dasar wanita.."

Setelah mengetahui posisi koordinat keberadaan Nyi Roro Misa yang dalam bahaya. Panglima Faishal kembali ke persembunyiannya menuju ruang artileri, memanggul sepucuk senapan laras panjang dan granat nanas serta rompi anti peluru. Dia yakin bahwa musuh di depan mata.

Tepat di ujung danau sana, sesosok manusia yang tidak lain dan tidak bukan berjenis kelamin pria sedang berdiri dengan gagah. Dia adalah Kesatria Ari yang biasa menumpas makanan di kondangan. Huahahaha! Tawanya menggema di seantero wc umum.

Dari seberang danau, Kesatria Ari mendengar percakapan Mbok Kenti dengan Panglima Faishal. Panglima Faishal memilih untuk melepaskan orderan Gojeknya,

"Toh jika Misa ketemu, aku dapat juga!" pikirnya.

Kesatria Ari pun segera merapikan peralatannya untuk membuntuti ke mana Panglima Faishal akan mencari Nyi Roro Misa. Panglima Faishal pamit pada Mbok Kenti, minta persetujuan. Berangkatlah Panglima Faishal dipandu Google Maps.

"In 100 meters, turn right...." Kesatria Ari membanting peralatannya, lalu ia sedikit berteriak,

"BAH! Bahasa macam apa pula itu? Tak bisalah kusampai ke sana lebih dulu. Sialan! Tak pahamlah aku!" Kesatria Ari pun berpikir keras agar bisa mendahului Panglima Faishal yang dipandu dengan suara indah Mbak Gugel.

"Mana pelentik bulu mataku? Ah ini dia."
Sementara Sang Panglima dengan gagahnya melacak keberadaan Nyi Roro Misa, Kesatria Ari merasa perlu untuk merapikan sedikit bulu matanya agar bisa jadi senjata saat berpapasan dengan Panglima nanti.

"Tunggu saja kan kukedipkan kau. Hahahaha."

"Rancak bana. Apa pula Kesatria Ari. Dia kira aku tidak tau rencana bulusnya. Dia tidak tahu pusaka bulu mata lentiknya tidak akan mampu menandingi pusaka yang kupakai.Hahaha..." Panglima Faishal berucap dalam hati.

Panglima terbahak sambil memegangi pusaka yang ada dikepalanya. Helm Gojek lapis tembaga dari negeri Angyoda.

Tanpa disadari Nyi Roro Misa tak disangka datang dari tempat yang tak diduga-duga. Kesatria Ari dan Panglima Faishal kaget mendengar suara Nyi Roro Misa.

"Welawela Kang Mas Fasihal lan Kang Mas Ari. Panjenengan niku nembe napa, mriki kang Mas Faishal. Nyi Roro Misa saged nyuwun dipun anter ke negeri Bakuan naik Gojek kan kang mas? " ucap Nyi Roro Misa dengan lemah gemulai.

Glek. Kang Ari yg merasa kalah sekonyong-konyong berlari ke arah Panglima Faishal.

"Tak kandani Shal. Aku kok lali bahasa batak yaa. Aku tak ngomong boso jowo yaa le," dengan sedikit malu, Ari berbisik ke Faishal.

Faishal pun tertawa terbahak-bahak. Di saat itulah Ari mengambil Motor Faishal.

"Yuk Cinn mau kemana  jeng Misha. Denger-denger ada diskonan lho di Solo Paragon. Yuk sana deh. Akika yang traktir dah," ajak Kang Ari
.

Dan apadaya akhirnya tidak ada yang terpilih sebagai kesatria ataupun panglima hati Nyi Roro Misa, Panglima Faisha pun sakit bukan main hati nya hancur berkeping keping.

"Rasakan kalian berdua!!!" teriak Mbah Kenti sambil tertawa terbahak bahak

"Wong yang di sukai Nyi Roro kan aku wkwk"

"Inilah akhirnyaa.. harus kuakhiriiii... sebelum cintamuu semakin dalaam.." terdengar suara tak enak dari sebuah rumah di dusun itu, rumah Kepala Dusun ternyata, Mbah Suhail.

"Ya! Sudah saatnya sayembara ini berakhir! Nyi Roro diculik? Omong kosong! Aku salah selama ini.. Misa bukanlah diculik, melainkan menculik dirinya. Kokas? FX? Kalibata City? ITC Pasar Pagi? Apa itu? Dusun ini sudah tak menarik lagi rupanya untuknya!

"Lalu, kalau seluruh remaja lebih asyik ke tempat-tempat itu, lalu siapa yang akan menghidupkan dusun ini? Aarrgghh, dunia sudah gila!" Kepala Dusun Suhail mengamuk setelah mendengar seluruh kabar dari Mbok Kenti.

"Sing sabar, Mbah.. hidup ini memang keras!" Mbok Ken menjawab seraya menyeruput cappucinno sirihnya.

Kabar sayembara berakhir pun sampai pada masyarakat.

"Yaah.. gagal punya motor buat jadi Gojekers deeh," disudut rumah ada seorang gadis murung atas terhapusnya sayembara, Citra namanya.

"Sing sabar, Nduk! Hidup ini memang keras!" entah itu suara siapa.

Dan, tinggalah Panglima Faishal dengan seluruh kegundahan yang ada,
"Ya, hidup ini memang keras. Nyatanya Nyi Roro Misa tak lagi mengenalku. Ia lebih memilih si Ari itu. Apalah ini.. anginpun tak sanggup meniup rasa ini.."

Pluk!

Satu per satu bebatuan dilemparnya ke dalam danau..

Keributan yang dilihatnya sesaat baru kembali dari kota membuat Nyi Roro Misa bertanya-tanya sendiri. Teriakan Mbah Kepala Dusun Suhail, Panglima Faishal yang membawa perlengkapan senjata lengkap, dan Ari yang sibuk menawarinya salon yg sedang diskon semakin membuatnya sakit kepala.

Untung saja cerita bahagia yang baru saja terjadi ketika Nyi Roro sedang berada di kota memberinya kekuatan untuk tetap melangkah menuju rumahnya. Sesegera mungkin ia ingin mengabarkan berita bahagia tersebut pada orang tuanya.

Beberapa kantong belanja yang dia beli sebagai pelengkap kisah bahagia itu seketika dia letakkan begitu saja saat baru sampai di depan pintu rumahnya. Sambil berlari-lari kecil Nyi Roro Misa memanggil ibu dan ayahnya.

Teriakan Nyi Roro Misa yang tiba-tiba tersebut lantas membuat ibu dan ayahnya terkejut dan berlari ke arah suara berasal.

"Ado a ko mamakiak? Ibu sangko kok manga-manga je tu!" Kata Ibu Nyi Roro Misa dipenuhi rasa cemas.

"Ga usah pake bhasa padang lah bu, ga ngerti orang sini nanti." Pinta Nyi Roro Misa pada ibu nya. Sesaat kemudian dia melanjutkan,
"Ibu, aku ada kabar gembira bu, dan aku harap bagi ibu ini juga kabar bahagia untuk ibu dan ayah."

"Kabar bahagia apa, nak?" kata Ayah Nyi Roro Misa penasaran.

"Akhirnya dia datang yah, bu. Setelah sekian lama aku menunggu nya akhirnya dia datang. Aku tak ingin menikah dengan pemuda kampung sini, karena itu mohon restui kami."

Perasaan campur aduk seketika menyelimuti perasaan ibu dan ayah Nyi Roro Misa.

"Ibu, ayah. Izinkan juga kami untuk bertualang di Eropa sana. Karena dia akan melanjutkan studinya di Eropa dan akan berangkat segera setelah kami menikah."

Berat memang mengabulkan permintaan putrinya itu. Tapi cinta yang luar biasa yang mereka lihat di pancaran mata putrinya membuat mereka tak kuasa menolak permohonan putrinya yang kesekian kali ini.

Akhirnya tiga hari kemudiab sang Pangeran pun datang melamar Nyi Roro Misa pada kedua ibu bapaknya. Seminggu setelah acara lamaran tersebut, akad nikah pun segera dilangsungkan karena permintaan pangeran dengan alasan dia akan berangkat ke Eropa dua minggu lagi.

Akhirnya, Nyi Roro Misa pun menikah dengan pangeran yang dicintainya dan mencintainya. Seminggu kemudian pun mereka terbang ke Eropa. Berpetualang dengan penuh cinta dan haus akan ilmu. Mereka pun hidup bahagia dan saling mencintai karena Allah swt.

Selesai..

Wkwkwk..

Demikian agenda Canbera, untuk orang-orang yang namanya telah dijadikan korban Canbera, terima kasih banyak!
Jika ada kesalahan dalam editing saya, mohon dimaafkan 😄

Read more...
separador

Minggu, 13 September 2015

Bahagia itu Gampil~

Beberapa jam ini wajahku seolah diatur untuk murung~ entah perihal apa. Mungkin salah satunya sebab diomelin. Iya! Omelan yang layaknya ibu-ibu ngejar tadarasun pas malam Ramadhan. Cepat banget bacanya dan hampir ngga ada jedanya kan? Itu lah musibah yang baru-baru ini menimpaku. Tragis~

Selain perihal itu, mungkin juga perihal lain yang sulit untuk ku utarakan dengan gamblang. Rasanya seperti ada yang kurang, seperti kurang senang walau sering tertawa, seperti kurang materi walau tercukupi apa yang diingini, seperti..., sepertinya aku butuh ke panti. Merindukan tawa dan syukur yang berlimpah, ketika aku bertemu mereka dan membandingkan apa saja, aku sangat bersyukur ada di posisi ini. Sebab tak bertemu 2 minggu dan dengan lingkungan-lingkungan baru, terkadang terbesit pemikiran "Kenapa aku ada di posisi ini?", "Enak ihh jadi dia", "Coba dia rasain ngga enaknya jadi aku", dan sebagainya.

Sepertinya aku terlalu sering melihat keatas, hingga aku tak bahagia karena sibuk mencemburui orang lain. Ahh... aku butuh panti, aku candu akan itu. Aku butuh bahagia dengan lebih sering melihat ke bawah, agar syukur terpatri di hati. Itu menyenangkan!

Aku rindu kalian, aku senang berada di sekitan mereka. Seperti beberapa minggu yang lalu, awal pertama aku bertemu dengan mereka, sebutlah Triple P karena memang itu namanya. Lengkapnya Pemuda Peduli Panti dan sekitarnya, semua yang beraroma bakti sosial tentu mereka jamah. Dan ini sangat menyenangkan. Walau awalnya kebingungan, kaku, kikuk, semua campuraduk! Tapi berakhir menyenangkan!

Bermula dari kegiatan yang diselenggarakan untuk anak-anak pengidap kanker di salah satu rumah sakit di Medan. Menyiapkan balon, snack, bangku-bangku kecil, meja-meja kecil, alat gambar, mic, dan yang terpenting anak-anak manis yang sedang diuji dengan penyakit. Mayoritas mengidap kanker dan sebagiannya lagi berbeda-beda. Awal melihat mereka keluar dari ruangan rasanya aku tak mampu berkata-kata, haru melingkupi seisi ruangan.

Tangan-tangan mungil itu dipaksa terikat pada infus yang menyulitkan mereka untuk mewarnai, namun semangat mereka merubah segalanya. Menyenangkan! Dimana para relawan bersuka cita! Dengan para orang tua dan tentu mereka♡

Ada seorang anak, aku tidak menanyakan sakitnya apa, tangannya kecil dan terikat infus. Kepalanya sedikit berambut, senyumnya bersahabat. Dia Bayu. Yang ingin duduk untuk ikut mewarnai, hanya saja tanpa sadar selang infusnya terbelit di kaki bangku, sementara Bayu telah duduk di atasnya.

"Bayu, kita benerin dulu ya infusnya, ntar takut nyangkut," ucap ku kala itu dengan sedikit meragu.

"Bayu bangun sebentar ya, nak." Ko Wilson datang menghampiri Bayu.

Bayu tidak berkutik, wajahnya meragu untuk bangun kembali. Tak seceria sebelumnya.

"Bangun sebentar ya nak," sambung ibunya dengan logat khas Batak.

Bayu mengangkat tubuhnya pelan, dengan ibu dan Ko Wilson yang memeluk pergelangan tangannya. Sementara aku dengan perlahan menarik selang infus Bayu yang terlilit namun seketika..

Gubraaak! (Kurang lebih seperti itu lah sound nya)

Bayu terjatuh, wajahnya semakin muram, tampak ingin menangis, dan di waktu seperti ini relawan siap sedia untuk memberikan semangat, mengalihkan pandangannya, sehingga niatan untuk menangis mampu ia tanggalkan. And then Bayu bangkit dengan bantuan para relawan. Yipiee! Cukup senang ketika tahu Bayu tak menangis~ dan cukup kaget ketika tahu bahwa pertahan tubuh Bayu begitu lemah.

Next, acara mewarnai untuk anak-anak pengidap kanker dimulai. Satu persatu lagu dimainkan dengan ditemani gitar, cagon dan bass. Balon-balon polkadot mewarnai langit-langit. Kakak cosplayer ikut memeriahkan acara, dan kemilau cahaya blitz dari camera para photographer ikut memeriahkan suasana siang itu. Beberapa relawan ikut bernyanyi, mewarnai dan sebagainya. Sukacita menghiasi hari! Dan dengan itu aku lebih bahagia, lebih bersyukur atas apa yang aku punya.

Karena mereka yang memiliki masalah jauh lebih diatasku mampu bahagia. Kenapa aku tidak?

Mereka yang memiliki kekurangan saja mampu berlapang dada seperti halnya cerita berikut. Namanya Sholeh, dia salah satu anak yang special, masih mampu tersenyum bahagia walau terkena kanker mata dan tak mampu melihat dunia. Sholeh ikut berpartisipasi dalam lomba mewarnai kala itu, tentu ibunya yang membantu Sholeh untuk mewarnai. Namun Sholeh tak berkecil hati atau tampak murung karenanya. Dan ada sedikit cerita kaku diakhir acara. Iya, cerita kaku antara Sholeh dan dua relawan.

"Sholeh sandalnya mana?" Tanya relawan bernama Ali.

"Ngga tau dimana, bang." Sholeh menjawab.

"Tadi sandalnya diletakin mana emang?"

"Ngga tau bang," jawab Sholeh dengan polosnya.

"Emang sandalnya warna apa, Sholeh?" Tanya relawan satunya bernama Agung.

"Ngga tau juga," jawab Sholeh lagi.

Kebingungan sempat melingkupi dua relawan tersebut hingga mereka sadar bahwa Sholeh tak mampu melihat seperti mereka. Wajar Sholeh tak tahu dimana letak sandalnya, wajar Sholeh tak tahu apa warna sandalnya. Dan haru meresap ketika tahu Sholeh tak berkecil hati atau marah karena itu. Maafkan relawan yang tak mengerti tentang dirimu, Sholeh.

Dan dengan semua yang terjadi saat itu, aku mendapatkan pelajaran yang sangat membahagiakan. Banyak diantara mereka yang tak lagi memiliki rambut, tak lagi dapat melihat, tak lagi bisa berlari kesana kemari, namun mereka masih mampu berbahagia. Kenapa aku dan kamu tidak? Bahagia itu gampil (gampang, kecil! *sentil jari kelingking*)

Read more...
separador