Diberdayakan oleh Blogger.
Free Hello Kitty ani Cursors at www.totallyfreecursors.com

Minggu, 13 September 2015

Bahagia itu Gampil~

Beberapa jam ini wajahku seolah diatur untuk murung~ entah perihal apa. Mungkin salah satunya sebab diomelin. Iya! Omelan yang layaknya ibu-ibu ngejar tadarasun pas malam Ramadhan. Cepat banget bacanya dan hampir ngga ada jedanya kan? Itu lah musibah yang baru-baru ini menimpaku. Tragis~

Selain perihal itu, mungkin juga perihal lain yang sulit untuk ku utarakan dengan gamblang. Rasanya seperti ada yang kurang, seperti kurang senang walau sering tertawa, seperti kurang materi walau tercukupi apa yang diingini, seperti..., sepertinya aku butuh ke panti. Merindukan tawa dan syukur yang berlimpah, ketika aku bertemu mereka dan membandingkan apa saja, aku sangat bersyukur ada di posisi ini. Sebab tak bertemu 2 minggu dan dengan lingkungan-lingkungan baru, terkadang terbesit pemikiran "Kenapa aku ada di posisi ini?", "Enak ihh jadi dia", "Coba dia rasain ngga enaknya jadi aku", dan sebagainya.

Sepertinya aku terlalu sering melihat keatas, hingga aku tak bahagia karena sibuk mencemburui orang lain. Ahh... aku butuh panti, aku candu akan itu. Aku butuh bahagia dengan lebih sering melihat ke bawah, agar syukur terpatri di hati. Itu menyenangkan!

Aku rindu kalian, aku senang berada di sekitan mereka. Seperti beberapa minggu yang lalu, awal pertama aku bertemu dengan mereka, sebutlah Triple P karena memang itu namanya. Lengkapnya Pemuda Peduli Panti dan sekitarnya, semua yang beraroma bakti sosial tentu mereka jamah. Dan ini sangat menyenangkan. Walau awalnya kebingungan, kaku, kikuk, semua campuraduk! Tapi berakhir menyenangkan!

Bermula dari kegiatan yang diselenggarakan untuk anak-anak pengidap kanker di salah satu rumah sakit di Medan. Menyiapkan balon, snack, bangku-bangku kecil, meja-meja kecil, alat gambar, mic, dan yang terpenting anak-anak manis yang sedang diuji dengan penyakit. Mayoritas mengidap kanker dan sebagiannya lagi berbeda-beda. Awal melihat mereka keluar dari ruangan rasanya aku tak mampu berkata-kata, haru melingkupi seisi ruangan.

Tangan-tangan mungil itu dipaksa terikat pada infus yang menyulitkan mereka untuk mewarnai, namun semangat mereka merubah segalanya. Menyenangkan! Dimana para relawan bersuka cita! Dengan para orang tua dan tentu mereka♡

Ada seorang anak, aku tidak menanyakan sakitnya apa, tangannya kecil dan terikat infus. Kepalanya sedikit berambut, senyumnya bersahabat. Dia Bayu. Yang ingin duduk untuk ikut mewarnai, hanya saja tanpa sadar selang infusnya terbelit di kaki bangku, sementara Bayu telah duduk di atasnya.

"Bayu, kita benerin dulu ya infusnya, ntar takut nyangkut," ucap ku kala itu dengan sedikit meragu.

"Bayu bangun sebentar ya, nak." Ko Wilson datang menghampiri Bayu.

Bayu tidak berkutik, wajahnya meragu untuk bangun kembali. Tak seceria sebelumnya.

"Bangun sebentar ya nak," sambung ibunya dengan logat khas Batak.

Bayu mengangkat tubuhnya pelan, dengan ibu dan Ko Wilson yang memeluk pergelangan tangannya. Sementara aku dengan perlahan menarik selang infus Bayu yang terlilit namun seketika..

Gubraaak! (Kurang lebih seperti itu lah sound nya)

Bayu terjatuh, wajahnya semakin muram, tampak ingin menangis, dan di waktu seperti ini relawan siap sedia untuk memberikan semangat, mengalihkan pandangannya, sehingga niatan untuk menangis mampu ia tanggalkan. And then Bayu bangkit dengan bantuan para relawan. Yipiee! Cukup senang ketika tahu Bayu tak menangis~ dan cukup kaget ketika tahu bahwa pertahan tubuh Bayu begitu lemah.

Next, acara mewarnai untuk anak-anak pengidap kanker dimulai. Satu persatu lagu dimainkan dengan ditemani gitar, cagon dan bass. Balon-balon polkadot mewarnai langit-langit. Kakak cosplayer ikut memeriahkan acara, dan kemilau cahaya blitz dari camera para photographer ikut memeriahkan suasana siang itu. Beberapa relawan ikut bernyanyi, mewarnai dan sebagainya. Sukacita menghiasi hari! Dan dengan itu aku lebih bahagia, lebih bersyukur atas apa yang aku punya.

Karena mereka yang memiliki masalah jauh lebih diatasku mampu bahagia. Kenapa aku tidak?

Mereka yang memiliki kekurangan saja mampu berlapang dada seperti halnya cerita berikut. Namanya Sholeh, dia salah satu anak yang special, masih mampu tersenyum bahagia walau terkena kanker mata dan tak mampu melihat dunia. Sholeh ikut berpartisipasi dalam lomba mewarnai kala itu, tentu ibunya yang membantu Sholeh untuk mewarnai. Namun Sholeh tak berkecil hati atau tampak murung karenanya. Dan ada sedikit cerita kaku diakhir acara. Iya, cerita kaku antara Sholeh dan dua relawan.

"Sholeh sandalnya mana?" Tanya relawan bernama Ali.

"Ngga tau dimana, bang." Sholeh menjawab.

"Tadi sandalnya diletakin mana emang?"

"Ngga tau bang," jawab Sholeh dengan polosnya.

"Emang sandalnya warna apa, Sholeh?" Tanya relawan satunya bernama Agung.

"Ngga tau juga," jawab Sholeh lagi.

Kebingungan sempat melingkupi dua relawan tersebut hingga mereka sadar bahwa Sholeh tak mampu melihat seperti mereka. Wajar Sholeh tak tahu dimana letak sandalnya, wajar Sholeh tak tahu apa warna sandalnya. Dan haru meresap ketika tahu Sholeh tak berkecil hati atau marah karena itu. Maafkan relawan yang tak mengerti tentang dirimu, Sholeh.

Dan dengan semua yang terjadi saat itu, aku mendapatkan pelajaran yang sangat membahagiakan. Banyak diantara mereka yang tak lagi memiliki rambut, tak lagi dapat melihat, tak lagi bisa berlari kesana kemari, namun mereka masih mampu berbahagia. Kenapa aku dan kamu tidak? Bahagia itu gampil (gampang, kecil! *sentil jari kelingking*)

separador

1 komentar:

Blogger Medan - aizeindra.id mengatakan...

bayangin selang infus nyangkut jadi merinding -.-"

Posting Komentar