Jauh dari tempatmu berbaring malam ini
Ada seseorang yang masih terjaga
Jauh dari tempatmu berbaring malam ini
Ada seseorang yang berusaha melawan rindu
Jauh dari tempatmu berbaring malam ini
Ada seseorang yang sedang berusaha melupakanmu walau ia tak tahu caranya
Jauh dari tempatmu berbaring malam ini
Ada seseorang yang masih memikirkanmu
Jauh dari tempatmu berbaring malam ini
Ada seseorang yang cintanya tak kunjung terbalaskan
Jauh dari tempatmu berbaring malam ini
Ada seseorang yang masih merangkai semua kata ini untukmu
Dan seseorang itu adalah aku
Selamat malam sayangku
Tidurlah dengan lelap
Jangan khawatirkan rasaku
Dari aku si perusak kata
Kala mata ini terasa berat, 3:44 AM
Seharusnya Kamis, 25 Februari 2016
Posted via Blogaway
Kamis, 25 Februari 2016
Selamat Tidur Sayang
Aku Iri
Hari-hariku berlalu begitu saja
Masih dengan senyum yang kaku
Masih dengan hati yang kelu
Masih dengan tatapan sendu
Aku mencoba membunuh waktu
Dengan mencari banyak kesibukan baru
Untuk tidak terus menerus memikirkanmu
Untuk bisa sedikit melupakan rasa itu
Aku iri padamu
Kau bisa sibuk dengan berbahagai hal baru
Aku iri padamu
Kau bisa tidak membalas pesanku
Aku iri padamu
Kau bisa tidak pernah rindukan aku
Aku iri padamu
Kau bisa untuk tidak memperdulikanku
Aku iri padamu
Kau bisa tertawa lepas dengan temanmu
Aku iri padamu
Kau bisa tidak pernah cemburu
Aku iri padamu
Kau bisa tidak mencintaiku
Aku iri padamu
Karena aku tak pernah bisa lakukan semua yang bisa kau lakukan padaku!
Dari aku si perusak kata
Kala hujan di pukul 3:35 AM
Seharusnya Rabu, 24 Februari 2016
Rabu, 24 Februari 2016
Apa Kau Hanya Bercanda?
Apa kau hanya bercanda saat mendekatiku?
Apa kau hanya bercanda saat ingin mengobrol denganku?
Apa kau hanya bercanda saat mengatakan kau menyukaiku?
Apa kau hanya bercanda saat katakan sayang padaku?
Apa kau hanya bercanda saat menghiburku?
Apa kau hanya bercanda saat katakan merindukanku juga?
Aku tahu kau senang bercanda. Kau hanya bercanda padaku, dan ku pikir semua serius.
Apa perasaanku kau bercandakan?
Hahaha... terima kasih untuk seluruh candamu. Kau merubah seluruh tawa jadi tangisku.
Dari aku si perusak kata
Saat dada menyesakkan
Seharusnya Selasa, 23 Februari 2016
Mungkin Perasaanku Saja
Mungkin perasaanku saja, kalau kau mendekatiku dengan serius.
Mungkin perasaanku saja, kala kau serius mengatakan bahwa kita jodoh.
Mungkin perasaanku saja, jika kau benar-benar mencintaiku.
Mungkin perasaanku saja, saat kau mengirim pesan-pesan perhatian dan ingin tahu tentangku.
Mungkin perasaanku saja, kau mengajakku pergi karena ingin jalan berdua.
Mungkin perasaanku saja, ketika kau menatap dalam-dalam mataku.
Mungkin perasaanku saja, jika kau mengucapkan kata suka, sayang dan sebagainya itu tulus.
Mungkin perasaanku saja, saat kau antar aku pulang itu karena kau khawatirkanku.
Mungkin perasaanku saja, bahwa rasa kita sama.
Mungkin aku terlalu menaruh perasaan padamu sementara kau tidak begitu.
Dari aku si perusak kata
Kala diam
Seharusnya Senin, 22 Februari 2016
Bunga Tidur
Bagaimana otakku
Mampu mengarang dirimu
Sementara kala itu
Aku sedang di bawah alam sadarku
Lucu
Tak habis pikir olehku
Bagaimana bisa ada jiwamu
Dalam tiap bunga tidurku
Rancangan siapa itu?
Bagaimana bisa ada kau
Dengan sikap yang tak pernah ku tahu
Dalam dunia nyata kau tak seperti itu
Kau amat baik bagiku
Jika dalam bunga tidurku
Aku ingin memejamkan mata
Terus menerus begitu
Karena selalu ada kau di sana
Kau yang amat sangat menyayangiku
Biarlah walau hanya bunga tidur
Dalam bunga tidurku
Kau terasa lebih manis dari karamel
Kau terasa lebih hangat dari fajar
Kau terasa lebih baik dari kondisi apapun
Kenyataannya kau tak seperti itu
Biarkan aku menutup mata
Dalam kurun waktu yang sedikit lebih lama
Aku ingin tidur sebentar
Untuk bertemu denganmu
Untuk melepas rinduku
Dari aku si perusak kata
Kala mendengar melodi lama
Seharusnya Minggu, 21 Februari 2016
Kisah Kala Itu
Lama tak bertemu. Jujur saja rindu masih membelenggu. Benar-benar rindu. Terkadang menyesakkan dadaku. Namun kau tak pernah peduli atas itu. Aku berusaha habiskan waktu, dengan menyibukkan diriku. Bukan karena aku mau namun aku pikir itu satu-satunya jalan agar aku melupakanmu. Walau hanya dalam beberapa waktu. Dan nanti akan ku ingat lagi.
Kemarin, beberapa hari yang lalu. Sengaja aku sibukkan diri. Agar pikiran tentangmu sedikit menepi. Ku pikir aku harus lebih sering menjadi relawan, harus lebih sering membantu orang yang membutuhkan, harus lebih sering menebar kebahagiaan, harus lebih sering dekatkan diriku pada Tuhan.
Pagi itu, entah pagi keberapa aku putuskan jadi relawan. Membantu untuk mempengaruhi orang-orang agar mendonorkan darahnya, karena di sana, di tempat yang lain banyak orang-orang pejuang kanker yang butuhkan darah itu.
Semua terasa menyenangkan, setidaknya wajahku dipaksa untuk tersenyum walau hati sedikit nyeri. Kau seolah bayang yang menggelayut di depan mataku. Namun yang lain datang, seorang ikhwan yang lebih dewasa dariku. Senyumnya bagus, namun aku tetap suka senyum milikmu. Hatinya juga tampak bagus, tapi hatiku tak berharap untuk memilikinya.
Dia menatapku lama, dari kejauhan, dari balik hijab pembatas antara ikhwan dan akhwat. Aku dapat lihat matanya, begitu juga ia padaku. Sesekali ia melempar pandangan matanya jauh kala mata kami saling bertemu. Aku masih tetap sibuk membagikan form, dengan pandangan matanya yang tak pernah bosan menatap.
Tak lama setelah itu ia datang padaku, tanyakan hal-hal kecil sekedar basa-basi. Suaranya lembut, terdengar ada yang bergetar di sana. Aku berusaha menyembunyikan rasa kikuk yang seolah ingin memborgolku. Senyum malu hiasi obrolan singkat kami. Tak ada perkenalan intens. Keduanya sama ragu. Mungkin ia takut dikira lancang, atau pun takut pada Tuhan. Dan aku tak ingin menyebabkannya berdosa hanya karena obrolan kami kala itu.
Ia pergi, namun ku temui lagi sosoknya di kejauhan. Ia kembali menatapku dari tempatnya berada. Beberapa kali ia lemparkan senyumnya dan ku balas. Dari tempat itu aku bisa lihat sosoknya, tatapan matanya. Semuanya. Aku bisa rasakan keinginannya. Dan tuhan pasti lebih tahu. Ia tampak menunggu lama, entah menunggu apa. Namun pandangan kami tak jarang bertemu. Ia terus menunggu. Selepas zuhur hingga ashar. Ia masih menunggu. Dan masih melempar senyumnya. Kami terjebak dalam keragu-raguan. Hingga hari berakhir. Hingga di antara kami harus pulang. Tanpa perkenalan.
Aku tak kecewa. Ku harap dia juga. Dan kau tentu tak akan pernah kecewa. Karena aku bukan siapa-siapa yang harus kau pertahankan. Dalam doaku, ku pinta banyak pada tuhan, tentang siapa jodohku kelak. Entah dia atau kau, atau orang lain. Entahlah. Aku hanya pinta agar tuhan jaga hatiku dan hati jodohku. Yang mungkin bukan kau. Atau iya itu kau. Jodohku.
Dari aku si perusak kata
Kala berbaring dengan denting melodi
Seharusnya Sabtu, 20 Februari 2016
Selasa, 23 Februari 2016
Kepingan Puzzle
Ingin aku katakan padamu.
Bahwa jauh sebelum memgenal puisi dan diksi.
Aku telah jatuh sejatuh jatuhnya dalam cintamu.
Namun sekarang semua berakhir pilu.
Luka bersandar pada diri.
Aku tak sedang sendiri.
Namun kau perlu tahu bahwa hatiku merasa sepi.
Sekarang aku mengerti.
Kau kepingan puzzle yang mungkin tak cocok untukku.
Atau aku salah menempatkanmu.
Mungkin harus aku ganti arahnya.
Atau ku balik sisinya.
Ahh... entahlah.
Aku tak pernah tahu apa kau akan jadi milikku atau tidak.
Aku aku tahu itu kelak telah tiba hari akad.
Dari aku si perusak kata
Kala aku lelah menulis
Seharusnya Jumat, 19 Februari 2016
Senin, 22 Februari 2016
Analogi Game
Siang itu tercipta atas obrolanku dan dia, teman lelakiku yang tak perlu kau cemburui, atau kau memang tak akan pernah cemburu atas siapa pun yang ada di dekatku. Kala itu obrolan kami tercipta atas dia yang ingin bercerita, yang ingin tahu tentang wanita, yang sedang dirundung gelisah karena kekasihnya.
Ia berlari padaku, menanyakan apa alasan wanita bosan atau memutuskan untuk meninggalkan seorang pria. Lalu dengan naluri wanitaku, aku jawab wanita akan bosan dan pergi jika pria terlalu cuek, terlalu posesif, atau mengulang hal yang sama dalam waktu sehari, seminggu, sebulan, setahun, dan kurun waktu cukup lama lainnya.
Kemudian teman lelakiku bertanya akan dampaknya, ku jawab bahwa hati itu ibarat bunga dan dia pemiliknya, jika sang pemilik tidak memberikan perhatian yang tepat maka bunga bisa saja mati.
Teman lelakiku kembali bertanya, apakah wanita menganggap pria seperti game, yang di saat si wanita bosan bermain game tersebut sebab susah memenangkannya, maka game itu di uninstall, wanita akan mencari game baru yang lebih seru dan tentu dapat ia menangkan, apa perasaan sebercanda itu untuk dianggap sebagai permainan?
Aku diam sesaat, coba gunakan naluri wanitaku lagi. Aku katakan jika aku menyukai game maka aku akan berjuang untuk memenangkannya, sehari, seminggu, sebulan, dan mungkin hingga bosan, karena tak pernah bisa menang. Jika nanti game itu aku uninstall, belum tentu ada game lain yang dengan cepat menggantikannya. Ia tetap menarik, tetap aku suka, walau aku tak pernah memenangkannya, ia tetap ada di satu sudut yang sulit untuk digantikan. Ia sepertimu. Hey, aku sedang menceritakanmu.
Lalu teman lelakiku menentang, kekasihnya tak seperti itu. Aku tak percaya. Tak ada yang dengan mudah menggantikan sesuatu yang amat sangat ia suka dengan hal baru, kecuali itu tak benar-benar ia sukai.
Dari aku si perusak kata
Dalam keributan kelas
Seharusnya Jumat, 19 Februari 2016
Sabtu, 20 Februari 2016
Kapal Kecil dan Pelabuhan
Aku berlayar, membawa segenggam hati yang cintanya sulit untuk mati. Aku berlayar dengan penuh kesungguhan, untuk mencapai sebuah tujuan, yaitu menetap di satu pelabuhan.
Anganku tinggi, melebihi langit yang ku lihat tadi pagi. Namun, aku baru saja menyadari bahwa aku bukan satu-satunya kapal yang memilih berlabuh padamu.
Aku cuma kapal kecil, yang mudah karam hanya dengan deburan ombak menghantam karang. Aku hanya kapal kecil, yang baru saja menaikkan jangkar untuk berlayar menuju pelabuhanmu. Separuh perjalan pun belum aku lalui, bayangmu masih samar dibalik kabut yang berusaha mempermainkan pandanganku.
Benakku mulai bertanya-tanya, aku takut asa melagu sendu. Sudahkan ada kapal yang sampai di pelabuhan? Sudahkan pelabuhan memilih satu kapal untuk menetap padanya? Aku harap belum, ku harap kapal-kapal itu belum sampai, atau pun belum dipilih. Jujur aku ingin pelabuhan memilihku untuk menetap di sana, selamanya.
Aku lah kapal kecil yang takut kecewa, aku lah kapal kecil yang takut berbalik arah. Aku lah kapal kecil yang berharap menetap di pelabuhanmu. Mungkinkah harapanku dapat kau kabulkan, wahai pelabuhan?
Dari aku si perusak kata
Bersama kelas yang riuh
Kamis, 18 Februari 2016
Rabu, 17 Februari 2016
Isi Hati Selepas Gerimis
Untukmu yang tidak pernah tau
Atau tidak pernah mau tahu
Seiring rotasi bumi aku menunggu
Hatiku merangkai simfoni rindu
Namun untuk mengutarakannya bibirku kaku
Lalu mata menatap penuh sendu
Untuk senja yang dibalut jingga
Gambarkan rasaku padanya
Untuk angin yang bermain dengan malam
Sampaikan padanya bahwa hidupku terasa kelam
Ritme jantungku mulai normal
Tapi rasa itu seolah masih kekal
Dan hati mulai menjadi kebal
Tak ada hangat yang mengembangkan senyumku
Perutku tanpa tarian kupu-kupu
Dari aku si perusak kata
Kala berbaring dengan yang lain
Rabu, 17 Februari 2016
Senin, 15 Februari 2016
Surat Tanpa Tujuan
Aku menyerah. Kau tak perlu tahu rasaku, ini hanya seuntai rasa yang tak bermakna. segenggam rasaku tak bernyawa. hanya serpihan rasa yang tak terungkap, apalagi terucap.
Berhenti Menanti
Berteman Dengan Rindu
Sabtu, 13 Februari 2016
Daftar Kesukaanku Ada di Dirimu
Aku suka melihat lentik bulu matamu, tapi tak akan bisa ku lihat dari dekat lagi.
Aku suka alis matamu yang menyatu, tapi kapan dapat aku lihat lagi?
Aku suka hidungmu yang panjang, yang berbatang, yang mancung, yang tidak akan bisa aku suka lagi.
Aku suka lesung pipimu yang dalam, yang menyenangkan untuk ditatap, tapi bisakah nanti ku tatap lagi?
Aku suka mendengar riang tawamu, tapi tak akan bisa ku dengar dengan jelas lagi.
Aku suka angin malam yang menerpa wajahku ketika bersamamu, tapi angin, malam dan waktu bersamamu itu tak akan pernah ada lagi.
Aku suka suara serak-serak basahmu yang tak merdu ketika bicara, tapi entah kapan kita bisa bicara berdua lagi.
Aku suka kegugupanmu dan kulit pucat itu, tapi mungkin tak akan pernah tampak oleh mataku lagi.
Aku suka perut buncit itu yang layaknya badut dalam sebuah sirkus, tapi tak akan bisa terlihat oleh ku lagi.
Aku suka dengan ritme jantungku saat bersamamu, rasanya berdetak lebih cepat dari jarum jam! Tapi mungkin ritme itu tak akan berlangsung lagi dalam waktu dekat ini.
Aku suka dengan sikap kikuk-ku saat menjawab pertanyaanmu, tapi sekarang tak ada lagi yang akan ku jawab sehingga aku tak kikuk lagi.
Aku suka cara kita menatap langit malam yang aku bilang mendung, tapi sekarang itu ku ucap dengan siapapun, terkadang juga saat sendiri.
Aku suka dengan setiap pesan yang kau kirim, rasanya menyenangkan membalas pesanmu tapi sekarang pesan itu hampir tak pernah ku dapati.
Aku suka dengan sesuatu yang menggelitik perutku seolah kupu-kupu jika sedang di dekatmu, tapi sekarang perutku tak begitu lagi.
Aku suka rasa hangat yang menjalar sampai bibir sehingga membuatku enggan untuk tak tersenyum, tapi sekarang senyum itu telah pergi.
Aku suka dengan pola nafasku yang tak normal saat memandangmu, tapi sekarang rasanya mau mati.
Aku suka suhu dingin yang menempel di jemariku saat bersamamu, tapi sekarang hilang sudah suhu itu dari jemari.
Aku suka kamu, tapi sekarang sedang berusaha untuk tidak suka, sebab sukaku tak akan kau balas.
Rasanya aku ingin hilang ingatan tapi cukup tentangmu.
Aku tak bisa mengartikan sikapmu.
Aku tak bisa membaca matamu.
Aku tidak bisa menebak isi hatimu.
Dan yang lebih parahnya lagi aku tak bisa berhenti menyukaimu.
Setiap aku pejamkan mata rasanya sebagian dari tubuhku yang berusaha menyadarkanku untuk melepaskanmu.
Setiap aku membuka mata, ada satu tempat di tubuhku yang memaksa untuk menyukaimu.
Bagian mana itu? Ingin rasanya ku cabut dari tubuhku.
Aku tak bisa terus menerus menyukaimu tanpa balasan. Suka itu memang pamrih. Aku harus merelakanmu walau ada satu bagian yang tak akan pernah setuju, tapi aku harus, agar yang lain bisa masuk.
Dari aku si perusak kata
Kala aku bernafas
Sabtu, 13 Februari 2016