Diberdayakan oleh Blogger.
Free Hello Kitty ani Cursors at www.totallyfreecursors.com

Rabu, 24 Februari 2016

Kisah Kala Itu

Lama tak bertemu. Jujur saja rindu masih membelenggu. Benar-benar rindu. Terkadang menyesakkan dadaku. Namun kau tak pernah peduli atas itu. Aku berusaha habiskan waktu, dengan menyibukkan diriku. Bukan karena aku mau namun aku pikir itu satu-satunya jalan agar aku melupakanmu. Walau hanya dalam beberapa waktu. Dan nanti akan ku ingat lagi.

Kemarin, beberapa hari yang lalu. Sengaja aku sibukkan diri. Agar pikiran tentangmu sedikit menepi. Ku pikir aku harus lebih sering menjadi relawan, harus lebih sering membantu orang yang membutuhkan, harus lebih sering menebar kebahagiaan, harus lebih sering dekatkan diriku pada Tuhan.

Pagi itu, entah pagi keberapa aku putuskan jadi relawan. Membantu untuk mempengaruhi orang-orang agar mendonorkan darahnya, karena di sana, di tempat yang lain banyak orang-orang pejuang kanker yang butuhkan darah itu.

Semua terasa menyenangkan, setidaknya wajahku dipaksa untuk tersenyum walau hati sedikit nyeri. Kau seolah bayang yang menggelayut di depan mataku. Namun yang lain datang, seorang ikhwan yang lebih dewasa dariku. Senyumnya bagus, namun aku tetap suka senyum milikmu. Hatinya juga tampak bagus, tapi hatiku tak berharap untuk memilikinya.

Dia menatapku lama, dari kejauhan, dari balik hijab pembatas antara ikhwan dan akhwat. Aku dapat lihat matanya, begitu juga ia padaku. Sesekali ia melempar pandangan matanya jauh kala mata kami saling bertemu. Aku masih tetap sibuk membagikan form, dengan pandangan matanya yang tak pernah bosan menatap.

Tak lama setelah itu ia datang padaku, tanyakan hal-hal kecil sekedar basa-basi. Suaranya lembut, terdengar ada yang bergetar di sana. Aku berusaha menyembunyikan rasa kikuk yang seolah ingin memborgolku. Senyum malu hiasi obrolan singkat kami. Tak ada perkenalan intens. Keduanya sama ragu. Mungkin ia takut dikira lancang, atau pun takut pada Tuhan. Dan aku tak ingin menyebabkannya berdosa hanya karena obrolan kami kala itu.

Ia pergi, namun ku temui lagi sosoknya di kejauhan. Ia kembali menatapku dari tempatnya berada. Beberapa kali ia lemparkan senyumnya dan ku balas. Dari tempat itu aku bisa lihat sosoknya, tatapan matanya. Semuanya. Aku bisa rasakan keinginannya. Dan tuhan pasti lebih tahu. Ia tampak menunggu lama, entah menunggu apa. Namun pandangan kami tak jarang bertemu. Ia terus menunggu. Selepas zuhur hingga ashar. Ia masih menunggu. Dan masih melempar senyumnya. Kami terjebak dalam keragu-raguan. Hingga hari berakhir. Hingga di antara kami harus pulang. Tanpa perkenalan.

Aku tak kecewa. Ku harap dia juga. Dan kau tentu tak akan pernah kecewa. Karena aku bukan siapa-siapa yang harus kau pertahankan. Dalam doaku, ku pinta banyak pada tuhan, tentang siapa jodohku kelak. Entah dia atau kau, atau orang lain. Entahlah. Aku hanya pinta agar tuhan jaga hatiku dan hati jodohku. Yang mungkin bukan kau. Atau iya itu kau. Jodohku.










Dari aku si perusak kata
Kala berbaring dengan denting melodi
Seharusnya Sabtu, 20 Februari 2016


separador

0 komentar:

Posting Komentar