Hai semesta, inginku bicara. Aku percaya kau pasti
lihat semua, termasuk aku yang dirulung kesepian, termasuk aku yang dikukung
kesendirian, termasuk aku yang tenggelam dalam kesunyian. Ingin ku tak sepi,
boleh berdeham, atau sedikit dengarkan dentingan suara jam, mungkin dengar
suara-suara berupa musik, atau akan lebih baik jika obrolan yang panjang, tawa
bahkan hingar bingar suara, tak masalah. Inginku tak sendirian, boleh berdua
dengan pena, bertiga bersama meja, atau ada manusia, kerumuran, bahkan diantara
pertikaian, demo, apapun tak masalah. Inginku tak sunyi, boleh terdengar germerik
tetesan air dari kran, bunyi remah makanan yang dikunyah, suara dari penyiar
radio, atau konser mental sekali pun, bagiku tak masalah.
Ini dunia, tempat banyak terjadi pertemuan, bukan
tempat untuk sendirian, kesepian, kesunyian. Akan ku ulang bahwa ini dunia,
tempat terjadi banyak pertemuan, termasuk kita berdua, yang bertemu di suatu
hari yang tidak pernah ku duga. Ini dunia, tempat banyak terjadi perpisahan,
menyebabkan kegelisahan, kesedihan, kenangan. Akan ku ulang bahwa ini dunia,
tempat terjadi banyak perpisahan, termasuk aku dan kau, yang berpisah di suatu
hari yang kelabu.
Langkah hatiku gundah, batinku dirundung gelisah,
sementara raga hanya bisa berpasrah. Di dalam keramaian, wajahmu kembali
terkenang. Di kala sepi sendiri, suara khasmu kembali terngiang. Wajah kuning itu tak mau pergi, bersinar bak
mentari di pagi hari. Aku tak mampu kendalikan diri. Tuhan, hambamu ini tolong
diampuni.
Dari aku si perusak kata
kala dada ini perih
Jumat, 05 Februari 2016
4 komentar:
Good job!!!
De 😢
Keren ey
Posting Komentar