Diberdayakan oleh Blogger.
Free Hello Kitty ani Cursors at www.totallyfreecursors.com

Senin, 08 Juni 2015

Senyum Gadis Bambu

Ini ditulis sebab malam narasi di owop. Tulisan alakadarnya, yang tidak cetar membahana. Yahh...aku tidak begitu baik dalam tulis menulis hehehe, mohon dimaklumi. Ini sedikit direvisi. Hehehe...
Tidak horor! Lebih horor ujian dan bagi raport kok!
Sudahlah yaaa~ cekidot~

Sore mulai beranjak malam. Tampak dari lukis langit yang mulai berubah jingga, ungu dan seberkas cahaya keemasan, indah. Semilir angin berhembus syahdu bersama langkah kaki yang berdetak terus sepanjang perjalanan pulang. Itu aku, berjalan menyusuri bambu-bambu, aku ingin pulang ke rumah. Sebenarnya ada jalan lain, tapi sebab beberapa begundal itu menunggu di persimpangan jalan rumahku, aku terpaksa harus melewati jalan yang dikelilingi bambu ini.
Tadi Hanna bilang bahwa aku tidak boleh lewat jalan ini, entah perihal apa dia melarangku. Mungkin ia ingin lihat aku digebuki oleh para begundal itu.

Dasar wanita bermuka dua dia itu. Menyenangkan lewat jalan ini, selain sejuk, juga tidak ribut dengan kendaraan yang berlalu lalang. Lebih menyenangkan lagi saat aku lihat seorang wanita dengan kimononya. Seolah wanita kerajaan, dia mau kemana? Perayaan Musim Panas?

Aku tatap punggunya, lehernya putih, pundaknya seolah memanggil untuk dipeluk. Mungkin dia butuh kehangatan.

"Sedang apa?" tanyaku tanpa basa-basi. Aku sangat tidak sabar berkenalan dengannya.

"Oh...eh...tidak, aku sedang mencari sesuatu," jawabnya sedikit kikuk. Wanita yang lucu menurutku. Membuatku semakin penasaran dengan dirinya.

"Mau aku bantu?" tawarku padanya, sambil menatap kedua bola matanya yang indah.

"Tentu, aku kehilangan cerminku. Mohon bantuannya." Aku melihat matanya tersenyum begitu manis, tentu saja menyipit.

Lama aku membantunya mencari cermin, namun tidak juga aku temukan. Kami mencari ke arah yang berlawanan. Tapi salah satu di antara kami tidak ada yang menemukan cermin itu. Hari mulai malam. Aku dengar gagak hitam berkicau begitu buruk.

"Sepertinya cerminmu tidak ada dimana-mana Nona." Aku buka suara, memecahkan keheningan diantara kami dan para bambu yang mengelilingi.

"Tidak apa. Terima kasih."

"Bolehkah aku bertanya sesuatu?" sambungnya, padahal aku belum menjawab.

"Tentu"

"Apakah aku cantik?" matanya tampak menggoda. Membuat wajahku merona merah, darahku berdesir naik, kepalaku begitu panas rasanya.

"Kau begitu cantik Nona" jawabku dengan penuh keinginan untuk memeluknya.

"Apakah benar aku cantik?" Aku kaget, ingin rasanya mataku keluar dari sarangnya. Jantungku seolah berhenti berdetak. Sensasi ini benar-benar baru kali ini aku rasakan. Sensasi ini membuat tubuhku limbung dan jatuh ke tanah.

Darah di tubuhku berdesir keluar. Bersama sesuatu yang merah di pipiku, itu perbuatan wanita tadi. Dan asal tahu saja, itu darah. Darah segar yang mengalir sesukanya di pipiku.Jantungku seolah berhenti berdetak, nafasku rasanya menghilang. Pisau tertancap di beberapa bagian tubuhku. Bahkan pelipis mataku rasanya sudah tidak karuan.

Tsaap!

Tanpa sungkam, ia menancapkan pisau ke dalam mata kiriku. Lalu ditariknya lagi pisau tersebut. Aku tidak bisa menjelaskan bagaimana keadaan mata kiriku saat ini. Badan pisau itu ia sayatkan lagi pada pipiku. Senyumnya mengembang, dengan mulut menganga dan tersobek begitu besar. Ia tampak senang menyucuk mata kiriku berkali-kali.

Selesai dari situ, jemari lentiknya membelai dadaku. Seolah dia ingin memeluk erat tubuhku dengan kasih sayangnya. Namun kenyataannya. Ia lagi-lagi menusuk bagian perutku dengan pisaunya. Ia putar pisau tersebut sehingga menyisakan rongga besar di bagian perutku. Membuat usus-ususku terburai keluar. Dan yang terakhir ia tancapkan pisau itu di jantungku. Membuat darah segar memaksa keluar dari mulutku.

Aku tidak mampu berteriak, untuk bergerak saka rasanya susah. Dengen sebelah mataku, aku melihatnya tersenyum bersama mulut yang tersobek lebar itu. Berdiri di hadapanku. Maafkan aku Hanna.

separador

0 komentar:

Posting Komentar